Jam sebelas malam, tadi malam, usai menidurkan si kecil yang terbangun karena haus, Kangmas Ian berbisik mengucapkan selamat milad. Saya tampik sambil tertawa, "Huuu belum, ya. Ini belum tiba tanggalnya."
Karena dia bukan tipe yang romantis abis, jadilah ia hanya tersenyum tanpa coba mencari pembenaran atau apalah apalah, kemudian kembali ke bantal. Tidur. :-D
Pagi hari, saya yang berbisik padanya, "Kok tidak ngucapin selamat milad sih? Ini kan sudah tanggalnya."
Suami nyengir. Lalu mengucapkan seperti apa yang saya minta. Diikutkannya dengan doa, "Semoga jadi istri solehah. Semoga makin cantik."
"Aamiin....," sahut saya. "Trus, apa lagi?"
Dia terdiam, kehabisan ide.
Saya menunggu. "Ayo, doanya apa lagi?"
"Hmm... apa lagi yaa?" Dia kelihatan bingung. Dan justru mengulang dua hal tadi saja.
"Nggak kreatif," ejek saya bercanda.
Tetap mentok sampai di situ ternyata. Hehehe.
"Itu kado buat Ummi. Bukalah," katanya sambil menunjuk ke bufet. Sebuah kado manis memang telah bertengger di sana. Tapi saya sungguh tidak mengira itu justru kado buat saya. Saya kira untuk pamannya yang akan menikah di pekan depan. Malam sebelumnya ia berteleponan dengan sang paman, siangnya kado itu dia bawa dan simpan di kamar. Jadilah saya benar-benar mengira itu kado untuk beliau.
Tapi sempat cemberut juga saya karena dia menyuruh saya mengambil sendiri kado itu. Lalu sambil antara cerewet dan bercanda saya 'mengajarinya' untuk memberikan kado itu pada saya. Saya meminta dia yang mengambilkan kado itu dan memberikannya pada saya sambil berkata, "Selamat milad istriku tercinta. Kado ini kupersembahkan padamu... bla bla bla. Semoga... bla bla bla." Begitu.
Sambil tersenyum, dia pun mencoba. Tapiii... "Selamat milad." Lalu mengangsurkan kado, "Special for you," katanya.
Saya tertawa dalam hati. Yaa... okelah... Daripada enggak. Haha. Makasih yaa kadonya. I'ts sooo beautiful. Sebuah gamis syari merah muda yang lembut lengkap dengan jilbab panjangnya berwarna azzura dengan sedikit ornamen merah muda yang sama dengan gamisnya.
Saya yakin, walaupun tak terucapkan, tapi doa-doamu di dalam hati jauh lebih banyak dan mulia untukku. Sekali lagi, terima kasih atas kado miladnya ini ya, Abi Hanin.
***
Rumah kita, Palembang, 17 Maret 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar