Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Sabtu, 23 September 2017

MANDI BULAN


azzura dayana

Melintaslah kakimu susuri padang berlapis bayang Gunung Salak. Lalu menurunlah di elok kelok Batutapak selepas geliat selokan dingin kaulampaui. Tersua olehmu sebuah tradisi mengikat janji menemui Sang Suci. Melihatmu mandi bulan.

Meneteslah harap di butirbutir doa mengangkasa. Merapal zikir menjadi lebih lama dari sediakala. Merangkaki witir yang tiga jadi sebelas. Aduhai malam kian terbentang bermandi bulan.

Tengadahlah di tengah lapang dilingkup pohonpohon. Didesir angin gelorakan rindu kepada Sang Satu. Seribu sajadah jelma tempat mereka merebah berbantal lengan. Tatapi bulan, nikmati debur cahaya, sanjung puji lihai pembuatnya.

Aku adalah pungguk yang mencinta pertengahan syahrur Romadhon. Menyaksi sukacita mereka di lapangan tempat pohon huniku menjulang. Menitip doa di naungan semilir Kota Hujan. Bersetia pungguk rindukan mandi bulan.



~Memoar Batutapak
Demang Lebar Daun, 5 September 2017

Rabu, 23 Agustus 2017

Cerita Butir Debu

.
.
Pada akhirnya yang tercinta kalah oleh penumpuk citra
Pupus harapan yang diukir oleh benak peristiwa
Kita telah surut satu per satu dimakan waktu
Lalu menjadi butir debu berbau
Yang lantas tersapu angin
Hilang nama

Pada akhirnya kau dan aku tak bisa berbuat apaapa
Hanya termangu di sudut peluru yang menembaki ulu jantung anakanak negeri
Kita terlalu mati untuk sekadar mengamati
Atau mengakui ada permata hati
yang telanjur tak kita hargai

Dan akhirnya ketika hujan tumpah dan tetumbuhan hidup
Tak ada lagi semata bangga riuh di dada
Lalu kita raup jaya segala rasa dari alam tetangga
Dari asin garam hingga seperah susu
Dari harum gula sampai seonggok ketela

Ternyata kini kita tak menaungi apaapa
Selain senapas jiwa yang lega oleh sekerat surga dunia
Meniup perlahanlahan cuplik simpati hingga pergi
Memangkas tiap tetes merah menjadi rasa malu tak lekang waktu
Secarik luka yang tak pernah sembuh
.
.

~Azzura Dayana
Demang Lebar Daun, 21 Agustus 2017

Minggu, 06 Agustus 2017

#mypoem

Dara
azzura dayana

Jaga izzah, dara
Kita hidup di masa petaka betapa merabunkan mata
Kadang serupa madu ternyata rancu

Jaga marwah, dara
Kata-kata yg kaupilih adalah wajahmu
Bahasamu adalah jiwamu

Jaga iffah, hai jelita
Kenakan malumu sebagai bunga
Kita tak sedang berkontes menjala siapa yg tercinta

Kertapati, 6 Agustus 2017

Kamis, 15 Juni 2017

Pelesiran Paris van Java

Kangen Bandung euy. Yaah, walaupun dirimu tak secantik riwayatmu dulu wahai Kota Kembang. Kemacetan yang luar biasa selalu menyekapmu di setiap weekend dan hari libur. Ruangmu semakin padat akan populasi dan semakin sempit untuk leluasa bernapas lega menikmati udara resik. Nyatanya, tak hanya Jogja, Bandung juga ngangenin. Terutama karena, masih ada (dan semakin bertambah banyak dan beragam) lokasi-lokasi berwisata di kota ini. 

Terakhir yang kami ketahui dari pemberitaan adalah diresmikannya Teras Cihampelas yang terletak di kawasan macet Cihampelas. Macetnya itu dulu mungkin yaa, sebab dengan dibangunnya teras ini, kemacetan cukup berkurang. Dan sebagian pedagang pinggir jalan terelokasi dengan lebih efektif di teras baru ini. Sebuah teras lebar nan panjang yang dibangun di atas jalan raya. Dibangun sedemikian rupa hingga menjadi sangat cantik dan penuh dengan pernik kreativitas para muda. Penuh dengan warna, dan juga rasa. Sebuah tempat yang multifungsi; tempat berwisata, kulineran, belanja pakaian, berfoto, menikmati pertunjukan, menonton tata kreativitas ruang bernama 'teras', atau sekadar jalan untuk lewat. 

Selain Teras Cihampelas, kami juga berwisata ke Museum Geologi yang sangat fenomenal di Bandung dan setiap harinya dipenuhi kunjungan sekolah-sekolah baik di Bandung maupun dari luar kota Bandung, oleh orang lokal dan mancanegara. Lalu singgah sejenak di depan Gedung Sate untuk berfoto, untuk kemudian menonton pertunjukan angklung yang luar biasa memesona di Saung Angklung Mang Udjo dan berlabuh sejenak di Masjid Raya Bandung. 






Rabu, 14 Juni 2017

Kawah Putih & Situ Patenggang

Trip to Ciwidey

Gunung Patuha. Pernah dengar nama ini? Mungkin tidak banyak yang familiar dengan nama gunung yang satu ini. Meski sama-sama terletak di Jawa Barat, akan tetapi yang lebih familiar di telinga masyarakat adalah Gunung Gede, Ceremai, Papandayan, Cikurai, atau Gunung Guntur yang fenomenal. 

Tetapi Gunung Patuha yang terletak di Bandung, tepatnya di Ciwidey, Kabupaten Bandung Selatan ini tetap tak asing bagi telinga para pendaki gunung. Meski tak sampai menjadi gunung favorit pendakian, tetapi kegiatan pendakian tetap seringkali dilakukan di gunung yang berketinggian 'hanya' dua ribuan mdpl ini. 

Kami kali ini tidak datang sebagai pendaki, melainkan sebagai wisatawan :-). Apalagi sambil membawa anak-anak begini... Hehehe. Dan, sebagai wisatawan, yang kita kunjungi adalah lokasi favorit para wisatawan di Ciwidey, yakni Kawah Putih, salah satu dari dua kawah yang terdapat di gunung eksotik ini. Ini kali kedua saya mendatangi tempat ini. Alhamdulillah impian saya untuk mengunjunginya kembali dengan mengajak keluarga kecil kami akhirnya kesampaian. Kawahnya sendiri tak banyak berubah, tetap cantik dan berbau belerang. Kawah permai berwarna hijau keabu-abuan dikelilingi tebing-tebing dan hutan cantigi yang tidak terlalu rapat. Yang berubah paling ya fasilitasnya, termasuk tarif-tarifnya, semakin bertambah.





Lepas dari Kawah Putih, tujuan kami selanjutnya adalah Danau Situ Patenggang. Masih berada di Ciwidey dan hanya memakan waktu sekira setengah jam dari Kawah Putih, tempat ini menyimpan pesona eksotisme nan nyaman dan ramah. Terletak di ketinggian dan kebun-kebun teh memesona, lalu serupa ceruk alamiah ia hadir menawarkan kesejukan. Sebuah danau luas dengan pulau di tengahnya. 




Jika rekan-rekan sedang berada di Jawa Barat untuk berwisata, sempatkanlah berkunjung ke dua lokasi ini. Dijamin sanggup menghilangkan kepenatan sejenak dari keriuhan hari-hari kerja kita di kota... ; -)