Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Senin, 22 Desember 2014

[Review] RENGGANIS


Awal keinginan membaca Rengganis saat seorang teman FB, meng-update status tentang daya tarik Rengganis yang memikat. Mengingat penulisnya adalah Azzura Dayana, saya nggak mikir dua kali untuk meng share, dan saya juga dapat korban beberapa teman FB yang langsung pesan via OL ke TB. Mutiara Ilmu, distributor Indiva di Makassar.

Hal pertama yang saya acungkan jempol adalah review buku di cover belakang. Sangat memikat! Dan daya pikat itu tak hanya membuatku semakin penasaran untuk memiliki Rengganis, tapi juga untuk menghabiskannya. Ya, untuk menghabiskannya!

Saya bukan pendaki. Meski sudah dua kali ke Gunung Bawakaraeng tapi belum pernah sampai puncaknya. Baru sampai Puncak Tallung dan turun ke Lembah Ramma. Pendakian terakhir, Oktober lalu sedikit membuatku shock. Pulang dari Lembah Ramma', tim kami salah jalur karena hanya berjalan mengikuti tim lain yang sudah di depan, ternyata mereka pendaki ulung yang memilih jalur ekstrem. Jadinya? Saya selamat tentunya. Buktinya, saya masih  bisa membaca Rengganis semalam. Tapi saya sempat berpikir yang nggak-nggak ketika jalan setapak yang sangat  terjal membuatku gemetaran. Saya takut ketinggian sejak kecil, dan tiba-tiba kiri kanan saya adalah jurang. Teman saya satu orang lagi, lebih parah. Dia sudah pucat. Gemetar di bibir jurang. Memeluk batu besar dan berteriak minta dievakuasi. Dia juga phobia ketinggian. Di antara kaki yang gemetar, saya masih bisa melangkah, tapi teman saya yang tadi tak bisa apa-apa. Satu tim kami pun, tak ada yang pendaki tulen, kecuali yang leader, itupun tertinggal jauh di belakang karena ada salah seorang dari tim kami yang kelelahan dan ngos-ngosan mendekati sesak.

Klimaksnya, jalur pendakian macet. Maklum hanya jalan setapak. Kiri kanan jurang. Sementara teman saya, tepat di belakang saya, sudah menutup jalan dengan memeluk batu besar yang jadi satu-satunya jalan ke Puncak Tallung. Saya memaksakan diri untuk terus ke puncak karena semakin lama di tempat saya semakin ngeri. Alhamdulillah, saya selamat dan teman saya sudah dievakuasi oleh tim lain. Carriernya dibawakan, dan salah seorang lagi memegang tangannya yang sudah basah keringat.

Di Rengganis, klimaks seperti kisah nyata saya tadi, direviewkan di cover belakangnya, dan itu  adalah magnet yang kutubnya berlawanan dengan kutub pembaca, akhirnya ada tarik menarik :)

Berbicara tentang pembaca, tentu saja tak semuanya adalah pendaki. Jadi sudah tentu, pembaca yang bukan pendaki, tetap mencari unsur intristik klimaks saat membaca novel. Bagi pembaca sekaligus pendaki, apalagi yang belum pernah ke Argopuro, pasti tertarik untuk ke sana setelah membaca Rengganis. Semua tampak nyata, terutama mistisnya. Bahkan untuk pendaki yang belum pernah ke Argopuro, bisa saja menjadikan Rengganis sebagai panduan mendaki Argopuro. Azzura Dayana(AD) berhasil memotretnya sangat jelas, dari pos ke pos pendakian. Saya bayangkan, setiap AD mendaki, dia tak hanya sibuk dengan kameranya tapi juga notes untuk mencatat hal sekecil apapun. Termasuk waktu yang dibutuhkan dari pos satu ke pos berikutnya.

Kembali ke soal pembaca. Lalu bagaimana dengan pembaca yang sama sekali tak pernah bahkan tak suka mendaki, masihkah suka dengan Rengganis. Menurutku, di sinilah halaman kosongnya Rengganis. Berlembar-lembar cerita hanya memikat dengan potret-potret perjalanan. Tak ada konflik. Padahal saya menunggu, tokoh Dewo memilih ke Argopuro karena putus dengan pacarnya mungkin, atau  Sonia yang indigo itu tiba-tiba ke Argopuro karena alasan mistis yang sepanjang cerita terungkap satu-satu. Konflik Rengganis muncul saat kisah mulai dengan hal-hal mistis. Klimaksnya saat Rafli menghilang. Dan sekali lagi, menurutku terlalu cepat untuk ditemukan. Untungnya, bagi pembaca yang nonpendaki yang hanya ingin dibuai diksi dan klimaks, dia bisa bertahan karena kisah mini yang ada di cover belakang. Membuat penasaran, sekali lagi!

Rengganis termasuk novel filmis. Jika kelak difilmkan, sepertinya Rengganis akan menjadi film horor yang tidak menjual penampilan seksi:)

Saya bahkan berpikir, Rengganis akan 'terancam' best seller karena para pendaki akan memburunya untuk mengenali  medan Argopuro dan pembaca nonpendaki akan mengejarnya untuk menikmati suguhan mistisnya.
Jika itu terjadi, tunggulah! Kisah Rengganis akan mengalahkan Nyi Roro Kidul.

Buat kamu yang takut dengan hal-hal mistis, jangan membaca Rengganis di malam hari tanpa ada seseorang di sampingmu. AD telah membangun istana Rengganis dan kamu bisa saja berada di dalamnya. Tiba-tiba!

**

-Gegge Mappangewa-
Penulis novel laris "Lontara Rindu", aktivis FLP Sulawesi Selatan