Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Jumat, 24 September 2010

[Review] Sang Pencerah


ReviewReviewReviewsep 23, '10 12:11 pm
for everyone
Category:Movies
Genre:Other
Saya mungkin terlalu serius saat menyaksikan film ini, sehingga ada dua hal yang paling saya rasakan karenanya. Pertama, saat film ini selesai, refleks saya berseru pada diri saya sendiri, “Lho? Sudah abis? Cepat amat…" Kata orang sih, kalau kita merasa filmnya terlalu cepat selesai itu berarti kita sangat menikmati filmnya, atau dengan kata lain: filmnya bagus. Begitu jugakah menurut saya?
Kedua, saya merasa terganggu pada jenis tawa para penonton baik itu berupa cekikikan atau yang terbahak-bahak. Bukan berarti saya sendiri tidak pernah tidak tertawa saat film ini berlangsung, tapi menurut saya, beberapa adegan yang kebanyakan ditertawakan itu sebenarnya malah adegan yang harusnya membuat kita miris. Hal yang sama saya rasakan saat pertama kali menonton Laskar Pelangi, saat banyak adegan miris ‘ditertawakan’ penonton. Atau mungkin mereka hendak menghibur diri saja. 
Dari kaca mata saya yang tidak terlalu paham cinematografi, saya hanya menikmati saja suasana Yogya yang disulap menjadi sangat klasik. Mulai dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan, Malioboro, Masjid Gede, Alun-alun, pasar, dan pemukiman pada umumnya. Walaupun di antara beberapa tempat itu ada yang kentara betul adalah artifisial semata. Hal lain yang paling saya nikmati selain latarnya adalah dialognya. Dialog yang hidup, manusiawi, inspiratif dan inventif, hingga yang membetot-betot emosi. Menikmati dialog dalam film ini bukan hanya sekadar akan membuat kita memahami cerita, tapi juga memperoleh banyak masukan baru tentang sudah benarkah cara kita beragama dan memandang banyak hal lainnya.
Hanya saja, meski saya sudah sebegitu perhatiannya pada jalan cerita, tetap saja saya tidak terlalu memahami apa urgensi pendirian Muhammadiyah. Ide untuk mendirikan perkumpulan tersebut dari seorang Haji Ahmad Dahlan seperti terlihat sangat mendadak, lahir seolah tanpa proses pemikiran sebelumnya, tanpa ada gejala apapun sebelumnya. Terlalu tumpang tindih semua yang beliau lakukan, ketika belum lagi madrasah yang ia dirikan menjadi kuat secara posisi. Walau mungkin, jika madrasah tersebut memang pada akhirnya hidup di bawah naungan nama Muhammadiyah, tapi tetap saja saya merasa ada bagian yang hilang dari serangkaian hal yang harusnya tersampaikan secara runtut. Perjuangan panjang seorang tokoh besar nyatanya memang sangat sulit dirangkumkan ke dalam film berdurasi kurang dari dua jam. Rangkaian tindakan mungkin bisa dengan mudah diterjemahkan, tapi tidak dengan segudang pemikiran yang terus bertambah dan berkembang selama puluhan tahun. 
Tentang para pemeran film, akting Lukman Sardi memang selalu berhasil secara meyakinkan, menurut saya pribadi. Meskipun kalau diingat-ingat, akhir-akhir ini hampir selalu bisa kita temukan wajahnya di beberapa film terbaru negeri ini. Sayangnya, kepiawaian Lukman tidak bisa diimbangi oleh Zaskia A. Mecca. Sebagai perempuan Jawa tulen yang menjadi istri Ahmad Dahlan, ia sama sekali tidak ‘terdengar’ Jawa. Kemunculannya—dengan hanya tiga ekspresi yaitu datar, panik, dan menangis—dalam beberapa adegan menurut saya nyaris tidak menyumbangkan apapun. Sayang sekali. 
Kembali ke plot yang menurut saya banyak yang missed, mungkin ada baiknya saya membaca juga versi bukunya. Seperti yang dikatakan teman saya, kisah di bukunya jauh lebih lengkap (tentu) dan mendalam secara bahasa dan pemikiran. Mungkin itulah mengapa saya merasa film ini terlalu cepat selesai, di bagian ending yang rasanya sangat belum tepat pula.

~Azzura Dayana, Jakarta Selatan, September 2010
*di sela-sela menulis jurnal perjalanan ke BORNEO*


21 CommentsChronological   Reverse   Threaded
arikunto wrote on Sep 23, '10
tfs mbak... sempat ragu mau nonton film ini... sekarang... hehe, sudah sedikit ada bayangan deh ... :)
griyabukuq wrote on Sep 23, '10
Like it...
sinthionk wrote on Sep 23, '10
tengkyu mbk Yana, reviewnya minimal ngasih gambaran aku sebelum nonton filmnya
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
arikunto said
tfs mbak... sempat ragu mau nonton film ini... sekarang... hehe, sudah sedikit ada bayangan deh ... :) 
sama-sama, mas. filmnya bagus kok, so nonton aja

ada sih yg bilang filmnya lambat dan ngebosenin, tapi kalau menurut saya malah cepat banget. memang harus berpikir cepat untuk memahami film ini :)
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
griyabukuq said
Like it... 
like the film or the review? hehe
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
sinthionk said
tengkyu mbk Yana, reviewnya minimal ngasih gambaran aku sebelum nonton filmnya 
yup, maaf ya reviewnya sama sekali gak maparin banyak tentang cerita filmnya :)
griyabukuq wrote on Sep 23, '10
like the film or the review? hehe 
the review
sinthionk wrote on Sep 23, '10
yup, maaf ya reviewnya sama sekali gak maparin banyak tentang cerita filmnya :) 
gpp mbak, mendingan gini, daripada nanti malah jadi spoiler :)
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
griyabukuq said
the review 
hoho, baiklah kalau begitu :D
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
sinthionk said
gpp mbak, mendingan gini, daripada nanti malah jadi spoiler :) 
yup, betul sekali
meanotherside wrote on Sep 23, '10
akhir-akhir ini hampir selalu bisa kita temukan wajahnya di beberapa film terbaru negeri ini. 
kalau Lukman Sardi-nya sakit, jangan-jaggan jdi susah nyari pemeran uatama..... heheheeee
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
kalau Lukman Sardi-nya sakit, jangan-jaggan jdi susah nyari pemeran uatama..... heheheeee 
nunggu Nicholas Saputra makin dewasa aja kalo gitu... (eh, dia bisa gak ya? di GIE dia kan bagus, walaupun secara script menurutku karakter Gie masih kurang mewakili aslinya)
bundaeisha wrote on Sep 23, '10
Resensinya bagus sekali, itu juga yg saya rasakan :)
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
bundaeisha said
Resensinya bagus sekali, itu juga yg saya rasakan :) 
makasih, mbak

saya juga menyayangkan jilbab Zaskia yang tidak konsisten. walaupun istri H. Ahmad Dahlan saat itu memang belum berjilbab secara utuh, tapi kenapa harus Zaskia yang terpaksa memakai jilbabnya jadi setengah-setengah? :'(
bundaeisha wrote on Sep 23, '10
Hmm satu lagi nyai walidah (zaskia) tdk terlihat perubahan face nya dari waktu ke waktu (tetap imut tak berkerut hehe), disamping bahasanya yg kurang jawa dan agak kaku. Saya jg heran kenapa jilbabnya di luar film jd begitu ya?
azzuradayana wrote on Sep 23, '10
bundaeisha said
jilbabnya di luar film jd begitu 
maksudnya, jilbabnya di luar film juga begitu? *saya jarang banget nonton tentang artis di TV* :-D
astynich wrote on Sep 23, '10
1. Istri ahmad dahlan kan gak demikian jilbabnya. Saat itu jilbab belom ada, msh kerudung konde :D
2. Zaskia kan directorcasting-nya..jadi dia gak rela kali nyai walidah diperankan orang laen :D
azzuradayana wrote on Sep 24, '10
astynich said
1. Istri ahmad dahlan kan gak demikian jilbabnya. Saat itu jilbab belom ada, msh kerudung konde :D 
yup, i know that. makanya jadi gak realistis.
azzuradayana wrote on Sep 24, '10
astynich said
2. Zaskia kan directorcasting-nya..jadi dia gak rela kali nyai walidah diperankan orang laen :D 
yup (lagi). dia memang casting director. tapi mungkin bukan masalah kerelaan, melainkan keinginan.
astynich wrote on Sep 24, '10
yup (lagi). dia memang casting director. tapi mungkin bukan masalah kerelaan, melainkan keinginan. 
yah lumayan ya.. buat bantu tambahan suami :D
azzuradayana wrote on Sep 24, '10
astynich said
yah lumayan ya.. buat bantu tambahan suami :D 
hahaha, ada-ada aja si Asty :-D