Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Rabu, 10 September 2014

BORNEO Time Trap (Catatan Perjalanan bagian 2 ke Kalteng)

Tiga jam berada dalam perjalanan menuju Kuala Kapuas; kukira bakalan melewati pemandangan hutan perawan thok, seperti hamparan maha luas yang terlihat dari kaca jendela pesawat Garuda, tapi ternyata perkiraanku lumayan. Lumayan salah.

Memang hutan-hutan yang kami lewati. Tapi hampir mirip kok dengan hutan-hutan yang akan kita temui di perjalanan dari Ogan Komering Ulu (Sumsel) hingga ke Tulang Bawang (Lampung). Dalam artian, hutannya banyak, tapi ada sedikit-sedikit pemukiman juga. Selain itu kami juga melewati yang namanya Kampung Bali, di mana warganya berasal dari Bali dan sebagian besarnya menjadi juragan nanas yang kaya. Gapura khas Bali cukup banyak terlihat. Kata supir travel (namanya travel, tapi mobilnya Kijang lama, butut pula) yang kami tumpangi, "Nggak perlu jauh-jauh melihat Bali. Lihat di sini juga bisa."

Ya, cukup mewakili. Meski tidak-sepersis-aslinya. Hehe. Di Bali jarak gapura(atau pura)nya kan tidak sejarang ini, terutama di Bedugul dan Denpasar. Dan tentu gapuranya tinggi dan sangat artistik, jauh beda dengan yang di sini yang terkesan sangat seadanya. Bahkan Kampung Bali yang bisa kita temui di jalan Lintas Timur (Sumatra) masih lebih artistik dan "rame" lho. Ini kalau mau membandingkan yaaa :) Tapi Kampung Bali di Kalteng tetap unik dan menarik kok.



Ada Keanehan

Jam 1 siang by my watch, kami berdua tiba di kota Kuala Kapuas, ibukota kabupaten Kapuas. Settingan jam-ku tentu saja masih WIB, apalagi kan nggak ada perbedaan waktu antara Palangka Raya dan Jakarta. Nah, sejak di travel aku sudah heran sama waktu. Pak supir mendengarkan liputan berita dari radio RRI. Sepertinya hanya RRI yang bisa ditangkap oleh radio pak supir. "Gaya" RRI-nya jadul pula, sampai aku ngerasa kayak balik ke jaman SD dulu, apalagi ketika si penyiar dengan aristokratnya mengatakan "Pemirsa, waktu saat ini menunjukkan pukul satu lewat tiga belas menit..."

Perasaan, saat itu baru jam dua belasan deeh...
pikirku.

perjalanan di dalam mobil travel, keluar dari Palangkaraya melewati jalan bagus nan panjang ini di tengah padang sepi

melintasi jembatan

Singgah di rumah makan di daerah Pulang Pisau. Awalnya saya selalu kesulitan menyebut nama tempat ini menjadi "Pulau Pisang :-D

sungai di Pulang Pisau

Sekitar 45 menit kemudian, kami tiba di Kuala Kapuas. Kami langsung menuju dermaga. Sebelumnya mesti melewati pasar-pasar dulu. Aku heran saat menemukan jam dinding di sebuah toko yang menunjuk ke angka 2. Sementara jamku masih ke angka 1.


Terus menyusur, aku masih sambil memperhatikan jam-jam di toko. Dan lucunya, saat itu aku melihat dua jam dinding di dua toko yang berdampingan. Jam di toko yang satu menunjuk ke angka 1, sedang di toko sebelahnya ke angka 2. Padahal dua jam itu bisa dilihat dari depan, dari titik yang sama.


Menyeberang Sungai Kapuas

Di dermaga, kami memandangi aliran sungai Kapuas yang melintasi kota dan kabupaten ini. Seru juga. Kami sempat menawar sebuah klotok untuk membawa kami menyusur sungai. Tapi karena si bapak tawarannya cukup mahal dibanding klotok di Palangka Raya, kami pun mencari alternatif lain. Dari jauh kami melihat kapal-kapal penyeberangan yang mengangkut warga dan motor-motor untuk menyeberang sungai. Terlihat padat. Kami pun menyusur dermaga dan tiba di tempat pemberangkatannya. Ternyata tidak dipungut biaya untuk ikut menyeberang, tapi kalau bawa motor harus bayar Rp1.000.








Nah, mumpung gratis, dan kami pikir kapan lagi mau menikmati suasana di tengah sungai Kapuas, kami pun ikut menyeberang dengan kapal itu sampai 4 kali bolak-balik. Di atas kapal, kami sibuk memotret dan mengajak warga mengobrol apa saja. Termasuk soal jam!

Misteri pun terpecahkan. Sesuai di peta, Kuala Kapuas berada di antara Palangka Raya dan Banjarmasin. Aku ingat sewaktu dulu aku ke Banjarmasin, waktunya adalah WITA, satu jam lebih dulu dari WIB. Sementara Palangka Raya 'menganut' WIB. Dan untuk 'mengantisipasi' perbedaan waktu yang terlalu signifikan begitu seseorang menyeberang dari Banjarmasin ke Palangka dan sebaliknya, maka waktu di Kuala Kapuas adalah setengah jam lebih lambat dari Banjarmasin dan setengah jam lebih cepat dari Palangka. Jadi, jika di Palangka Raya masih jam 1, di Banjarmasin sudah jam 2, maka di Kuala Kapuas jam 1.30.

Hohoho...
Berarti dua jam yang berbeda di dua toko berdampingan tadi? Jangan-jangan, yang satunya adalah Banjarmasin mania dan yang lain adalah simpatisan Palangka Raya (opo tho iki? :D).


Sayur Umbut Rotan

Aku dan temanku penasaran pada jenis makanan yang satu ini dikarenakan majalah travel-nya Garuda yang kami baca saat di penerbangan ke Borneo. Sayur Umbut Rotan. Umbut rotan mungkin nggak terlalu berbeda sama rebung (bambu muda) yang juga dibuat sayur. Selain sayur bersantan ini, kami juga menargetkan untuk mencicipi berbagai jenis ikan yang sangat kaya di sini.

Masih dari liputan di majalah Garuda, rekomendasi untuk mencicipi sayur ini adalah di restoran Samba. Restoran ini terletak tak begitu jauh dari kantor Gubernur Kalteng. Sayangnya, saat disambangi, resto tersebut masih tutup karena masih dalam suasana lebaran. Kami pun mengelilingi Jl. Yos Sudarso yang terkenal sebagai pusat jajanan malam di kota Palangka Raya. Warung-warung tenda bertebaran, dan beberapa di antaranya menawarkan menu sayur umbut rotan itu!

Namun, sayang disayang. Ada tulisan B-2 (babi) dan R-W (anjing) di sana. Temanku Choky yang asli kota itu turun duluan untuk mengecek. Dan yaa, ternyata, katanya masakannya sudah campuran. Kami pun tidak jadi mencicipi umbut rotan.



Terkabul

Kami yang tadinya sudah menggugurkan obsesi untuk makan sayur umbut rotan, pada akhirnya diberi kejutan di Kuala Kapuas. Setelah menikmati suasana Sungai Kapuas, aku dan temanku mencari objek wisata lain (yaitu Rumah Betang khas Dayak) dan kemudian shalat Ashar di masjid kota. Pada saat menelusuri jalan itulah, kami menemukan restoran muslim yang menyajikan menu sayur umbut rotan. Aha!

Di depan rumah adat suku Dayak. Rumah Betang alias Rumah Panjang.

tangga unik rumah Betang

rumah Betang

Dan... inilah dia... makan siang kami yang sangat terlambat. Sayur umbut rotan (yang ternyata memang mirip-mirip rebung, tapi rasanya lebih enak yang ini), ikan Lais bakar ala Sungai Kapuas (tahu kan ikan Lais, teman2? Hehehe) dan sambel. Selamat makaaan... :-D

sayur umbut rotan dan ikan lais bakar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar