Dataran
Tinggi Dieng? Betapa sudah lama saya ingin mengunjunginya. Tempat yang terkenal
di Jawa Tengah ini memiliki sekumpulan tempat wisata menarik, seperti
kawah-kawah belerang, danau-danau yang permai, candi-candi, dan tentu saja
pemandangan pegunungannya yang menakjubkan.
pemandangan di Dataran Tinggi Dieng |
pemandangan di Dataran Tinggi Dieng |
Bersama
tiga orang teman backpacker, akhirnya
impian itu terwujud. Hari Jum’at jam 9 malam, kami naik kereta ekonomi Progo
tujuan Yogya dari Stasiun Senen. Karena rencana itu cukup mendadak, kami kehabisan
tiket dengan nomor tempat duduk karena kesorean mengantre tiket. Tapi tak apa.
Sebagai backpacker, kami memang harus
terbiasa ‘hidup susah’. Bukan begitu?
Ketika
kereta datang, kami masuk paling akhir. Terus berjalan menyusuri lorong di
antara dua deretan kursi penumpang dan tiba di sambungan kereta. Kami berempat
duduk di sana, beralaskan potongan karpet yang sengaja dibawa teman saya.
Penumpang yang berdiri memang tidak banyak. Kalau masih begini kondisinya,
kelihatannya lebih nyaman ngetem di
tengah lorong antara dua deretan kursi. Tapi itu berisiko akan dilewati oleh
hilir mudik pedagang asongan. Jadi, pintu sambungan kereta adalah tempat
‘menggembel’ terbaik, karena posisinya yang berada di ujung.
Terjaga di Kota yang Tertidur,
Tertidur Ketika Kota Terbangun
Jam
setengah empat fajar kereta yang telah penuh sesak itu berhenti di Stasiun
Purwokerto. Kami turun dan akhirnya bisa bernapas dengan lega. Stasiun relatif
sepi. Sambil menunggu subuh datang, kami duduk-duduk sebentar, berfoto-foto,
dan mengeluarkan cemilan. Setelah bersih-bersih dan shalat Subuh, kami naik
angkot menuju terminal Purwokerto. Kota ini tampak belum terbangun dari
tidurnya, meski pagi sudah datang. Pagi yang sepi dan mendung.
Tiba
di Terminal Purwokerto, kami segera mencari bus jurusan Wonosobo. Tidak seperti
di banyak terminal, bus-bus di sini cepat sekali berangkatnya, tanpa
berlama-lama ngetem, meskipun
penumpang baru sedikit sekali yang naik. Syukurlah. Di tengah jalan, barulah
kami tahu sebabnya. Peminat bus ini rupanya banyak sekali, mulai dari pedagang,
anak-anak sekolah, sampai pegawai kantor. Sejak keluar terminal hingga tiba di
Wonosobo, penumpang mulai dan makin ramai, dan sempat mencapai taraf sesak
ketika di tengah perjalanan. Tak peduli, kami yang kelelahan dan kurang tidur
ini memanfaatkan waktu tiga jam Purwokerto-Wonosobo tersebut untuk tidur. Zzz….
Ada Cinta yang Terlalu
Tiba
di Terminal Wonosobo, kami melanjutkan perjalanan dengan menumpangi bus tiga
perempat jurusan Terminal Diengan. Dari depan Terminal Diengan, barulah kami
naik bus yang akan mengantarkan kami langsung ke Dataran Tinggi Dieng. Hawa
dingin yang sangat menyambut kami ketika turun di depan penginapan yang kami
tuju. Dingin sekali sampai ‘asap’ mengepul bebas dari mulut kami ketika bicara.
Semua orang yang ada di sana memakai jaket yang terlihat sangat tebal dan empuk
untuk menghalau dingin. Katanya sih, suhu di Dieng kalau siang hari berkisar
antara 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Kalau siang
sedang hujan begini, mungkin suhu siangnya yang terendah itu ya, 15 °C.
Benar-benar serasa di Korea, hehe.
Inilah
Dieng yang saya impikan sejak lama itu. Nama Dieng berasal dari dua kata
dari bahasa Sunda kuno yaitu "di" yang artinya "tempat"
atau "gunung" dan "Hyang"
yang artiya Dewa. Jadi, Dieng
bisa diartikan sebagai daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.
Sore
itu, kami menjelajah Telaga Warna
yang sangat eksotis dengan keajaiban warnanya yang sudah terkenal. Konon
katanya telaga ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru, dan merah. Meskipun
saat itu yang terlihat oleh saya adalah hijau yang mendominasi, dan putih
karena kabut tebal. Saya kehilangan kata-kata untuk menggambarkan keindahan
yang aduhai dari telaga ini.
Mesti berpakaian berlapis-lapis. Telaga Warna dingiiin...
Telaga Warna -with effect- |
bunga di Telaga Warna |
Masih
dengan berjalan kaki, kami menyusuri jalan menanjak hingga tiba di Dieng Plateau Theater. Ada pemutaran
film dokumentasi tentang sejarah Dieng dan wisatanya selama sekitar dua puluh
menit. Setelah itu, kami berjalan kaki lagi sekitar 500 meter menuju
penginapan, melewati ladang-ladang, hutan, permukiman, dan sebuah masjid
berarsitektur sangat unik di tepi Jalan Telaga Warna, namanya Masjid Jami Baiturrohman. Menatapnya, jadi
berasa di Negeri Disney. :-)
Keesokan
paginya, kami melanjutkan penjelajahan dengan menyewa sebuah mobil tua untuk
mengantar kami ke berbagai lokasi hari ini. Tarifnya Rp200.000 termasuk tips
supir dan guide. Penjelajahan kami
mulai dari melihat sunrise di Puncak Sikunir dengan hiking terlebih dahulu, lalu mampir ke Telaga Cebong, lanjut ke Kawah Sikidang yang berupa kolam air
belerang yang mendidih. Kawah Sikidang ini terkenal karena lubang keluar gasnya
sering berpindah-pindah. Karena seringnya berpindah-pindah seperti rusa/kidang,
maka orang-orang sekitar menyebutnya sikidang (anak kijang).
Mendekati Kawah Sikidang |
Kolam Belerang itu, Kawah Sikidang |
mendidih, Kawah Sikidang |
Telaga Cebong |
Perjalanan
kami lanjutkan dengan mengunjungi Komplek
Candi Arjuna, Candi Setyaki, Candi Bima, Candi Arjuna, Telaga Merdada, dan
objek wisata Luk Bimo Lukar, yaitu
pancuran air alam yang konon bisa bikin awet muda. Percaya nggak percaya, yang penting cuci muka saja dulu deh di sana. Eh, karena merasa segar
sekali, saya pun meminumnya beberapa teguk, seperti yang memang biasa saya
lakukan kalau bertemu air alam yang steril, jernih, dan segar seperti ini.
Komplek Candi Arjuna |
Komplek Candi Arjuna |
Candi Setiyaki |
Candi Gatotkaca |
Candi Bima |
di Telaga Merdada |
Oh iya, di terminal ini kami sempat kulineran dengan menyantap makanan khas Wonosobo yaitu Mie Ongklok. Terdiri dari mie, sayur-sayuran, tahu, sate, dan kuah kacang kental. Rasanya maknyuss. Wajib dicoba kalau berwisata ke Wonosobo dan sekitarnya.
Pulaaaang.... Bye you Beautiful Dieng :-) |
***
Info Transport:
Kereta
ekonomi Pasar Senen (Jakarta) – Yogya = Rp35.000 (turun di Purwokerto)
Angkot
dari stasiun Purwokerto – Terminal Purwokerto = Rp3000
Bus
Purwokerto – Terminal Wonosobo = Rp20.000
Bus
Wonosobo – Terminal Diengan = Rp3.000
Bus
Terminal Diengan – Objek wisata Dataran Tinggi Dieng = Rp10.000
Bus Sinar Jaya Wonosobo – Kampung Rambutan
(Jakarta) = Rp75.000
Belum singgah ke Gunung Prau ya, Ka. Ada bukit savana yang cantik di sana.
BalasHapuswww.idahceris.com