Krakatau: Pesona Gunung Mungil yang Menyembul di Tengah Lautan
Krakatau.
Krakatau Purba.
Anak Krakatau.
Setiap kali mendengar nama-nama ini, pikiran saya pasti
langsung terasosiasi pada letusan dahsyat. Ya, gunung yang terletak di perairan
Selat Sunda, pemisah pulau Sumatera dan Jawa ini adalah gunung berapi dengan
tingkat keaktifan yang luar biasa.
Koleksi pribadi. Difoto oleh Azzura Dayana. |
Ribuan tahun lalu Krakatau Purba diperkirakan adalah sebuah gunung
berapi menjulang berbentuk kerucut, yang pada suatu ketika (tahun 416 Masehi) meledak
dengan kekuatan tak terbayangkan oleh manusia. Hingga konon daya ledak tersebut mampu memisahkan pulau Sumatera dan
Jawa yang tadinya bersatu menjadi terpisah. Tentu saja, ledakan tersebut
memakan korban jutaan manusia dan menyebabkan efek nyata terhadap alam
sekitarnya hingga radius ribuan mil.
Tiga perempat tubuh gunung ini hancur dan hanya menyisakan sisi-sisi
tepi kawahnya yang menjadi tiga pulau yaitu Pulau Sertung, Pulau Rakata, Pulau Panjang,
serta sebuah kaldera di tengah-tengahnya. Kemudian muncul dua gunung di sana
yaitu Gunung Danan dan Gunung Perbuatan, yang lama-kelamaan menyatu dengan
Pulau Rakata. Kesatuan pulau dan gunung ini kemudian dikenal sebagai Gunung
Krakatau. Ketinggiannya mencapai 813 meter dari permukaan laut.
Sumber: internet |
Di tahun 1883, gunung ini kembali beraksi dengan meledakkan
dirinya kembali secara dahsyat. Tercatat sebanyak 36 ribu korban jiwa akibat
bencana alam tersebut. Suara letusannya mencapai Australia, Amerika dan Afrika,
menimbulkan awan panas, kegelapan matahari bercampur debu hingga tahun
berikutnya, dan tsunami dengan ketinggian 40 meter.
Letusan maha dahsyat yang menggemparkan dunia ini lagi-lagi memusnahkan
tubuh Krakatau hingga hanya menyisakan setengah
kerucut.
Empat puluh tahun kemudian, dari tengah kaldera yang ada,
tiba-tiba pada suatu hari muncullah cikal bakal anak dari sang gunung yang
telah hilang. Para nelayan yang sedang melaut pada akhir tahun 1929 menjadi
saksi kemunculan kepulan asap hitam dari permukaan laut di tengah kaldera. Ternyata itulah awal kelahiran Gunung Anak
Krakatau.
Gunung mungil yang tumbuh menyembul perlahan dari dalam
lautan dan terus bertambah ketinggiannya ini adalah fenomena alam luar biasa
yang bisa kita saksikan di perairan Selat Sunda sambil berdecak kagum.
Arungilah selat ini berawal dari Pelabuhan Canti di selatan Lampung dengan
menumpangi kapal nelayan. Sekitar tiga jam kemudian, setelah melewati beberapa
pulau yang indah besar dan kecil, mata kita akan terperangkap takjub saat
menyaksikan pulau yang bentuk dan warnanya unik, berbeda sendiri. Khas. Itulah
yang terekam kuat di ingatan hingga kita pulang nanti dan seterusnya.
Dalam perjalanan menuju Krakatau, kapal kecil yang saya
tumpangi bersama teman-teman sempat mogok dua kali karena mesinnya rusak. Mogok
yang kedua sampai menyemburkan asap yang membuat kami terkejut dan bahkan sudah
siap jika kondisi mengharuskan kami meloncat ke laut (agak lebai dikit, hehe…).
Dua kali pula jadinya kami terombang-ambing terdampar di tengah lautan lepas
sambil menunggu kapal lain yang kiranya akan menjadi bala bantuan bagi kami
para castaways.
Sementara dalam perjalanan pulangnya dari Krakatau,
ceritanya beda lagi. Kapal kami sudah diganti dengan kapal yang lebih baik
kondisi mesinnya. Tetapi kali ini ombak tak setenang saat kami berangkat tadi. Ombak
sore telah lebih buas. Mengguncang-guncang bukan hanya tubuh kami di dalam
kapal, tetapi juga kapal itu sendiri sampai terempas-empas. Ada kalanya tinggi
ombak bahkan lebih tinggi dari tinggi kapal. Subhanallah. Alhamdulillah meski
demikian kami semua selamat sampai tiba lagi di Pelabuhan Canti yang sederhana.
Kembali membahas si Krakatau.
Sejak kelahirannya, Gunung Anak Krakatau ini tak pernah
tenang. Aktivitas vulkaniknya terus berlangsung. Gempa vulkanik, semburan asap,
hingga lontaran abu dan lava pijar, telah terjadi belasan kali.
Dari penjelasan petugas Cagar Alam Krakatau yang saya
dapatkan, lokasi ini rupanya selalu ramai didatangi pengunjung tiap akhir
pekan. Kondisinya saat ini aman untuk didaki, walaupun tetap saja kita tidak
diperkenankan mendaki hingga benar-benar ke puncak. Pendakian hanya bisa
dilakukan sampai ke bibir kawah.
Anak Krakatau saat ini ketinggiannya sekitar 450 meter tepat
dari atas permukaan laut. Dan ketinggian ini akan semakin bertambah karena
berdasarkan penelitian, gunung ini pertumbuhannya mencapai 7 meter setiap
tahunnya, terus membesar, serta terus melebar tepian pulaunya. Di tepian pulau
masih terlindung oleh pepohonan hutan. Memulai trek pendakian, kita masih akan
melewati jalan yang kiri kanannya pepohonan. Kemudian pepohonan akan semakin
berkurang dan jalan pasir yang ditapaki semakin lebar, sedikit berliku. Setelah
itu, view mulai terbuka dan sedikit menanjak. Makin lama makin panjang dan
terus menanjak, dengan trek pasir yang kering, tak ada lagi pepohonan.
Suasana sedemikian tandus sehingga menciptakan cuaca panas yang permanen. Semakin tinggi, pemandangan indah mulai terlihat. Dua pulau di sekitar Anak Krakatau tampil memesona. Tibalah kita di bibir kawah. Posisi jelasnya adalah begini: kita berdiri di bibir kawah setengah lingkaran, di hadapan kita adalah lembah yang memisahkan kita dari puncak Gunung Anak Krakatau yang gagah, bertekstur bebatuan keras dan hitam, serta menampakkan belerang hijau berasap yang menambah kesan fantastik sebuah puncak gunung berapi superaktif. Di sanalah terdapat kawah Anak Krakatau yang jika dilihat dari udara akan terlihat serupa lubang menganga bekas letusan yang hebat.
Suasana sedemikian tandus sehingga menciptakan cuaca panas yang permanen. Semakin tinggi, pemandangan indah mulai terlihat. Dua pulau di sekitar Anak Krakatau tampil memesona. Tibalah kita di bibir kawah. Posisi jelasnya adalah begini: kita berdiri di bibir kawah setengah lingkaran, di hadapan kita adalah lembah yang memisahkan kita dari puncak Gunung Anak Krakatau yang gagah, bertekstur bebatuan keras dan hitam, serta menampakkan belerang hijau berasap yang menambah kesan fantastik sebuah puncak gunung berapi superaktif. Di sanalah terdapat kawah Anak Krakatau yang jika dilihat dari udara akan terlihat serupa lubang menganga bekas letusan yang hebat.
photo by azzura dayana |
Saya, berlatarbelakang puncak Krakatau |
Zoom puncak dari dekat, dari bibir kawah |
Tipe dan karakteristik Gunung Anak Krakatau sama seperti
induknya. Serius dan mematikan. Kandungan silica dalam magmanya sangat tinggi.
Kandungan silica yang tinggi terkait dengan letusan tingkat tinggi pula. Bayangkan,
dalam puluhan atau ratusan tahun ke depan, sudah berapa ketinggian gunung ini?
Maha Besar Allah. Pencipta langit bumi dan segala isinya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar