Bali. Ini kali kedua saya menyambangi Pulau Dewata, setelah empat
tahun yang lalu. Kali ini saya dan tim dari FLP Sumsel ditugaskan sebagai
utusan untuk menghadiri rangkaian acara Musyawarah Nasional FLP ke-3 di
Denpasar.
Keputusan untuk berangkat sebenarnya
terhitung baru. Sebelumnya begitu banyak pertimbangan yang membuat saya selalu
berkata bahwa kemungkinan untuk pergi dan tidak adalah fifty-fifty. Tapi sekitar
sepuluh hari menjelang acara, kepastian mulai datang.
Maka berkumpullah para FLP-ers di Hotel
Green Villas, yang letaknya tak sampai tiga puluh menit dari Bandara Ngurah
Rai. Sebenarnya kondisi saya terbilang fit. Akan tetapi sariawan di pangkal
lidah nyatanya cukup mengacaukan fitalitas itu. Dan ternyata lidah (dan
sariawan) saya tidak cukup bersahabat dengan makanan yang disajikan hotel. Something like... perpaduan
asin dan asem, perpaduan asem dan pedas, atau perpaduan asem dan pedas.
Pedasnya pake banget pula :D.
Saya rasa saya sudah kelamaan nggak jadi
backpacker. Makanya, punggung cepat pegal padahal saya cuma bawa satu ransel
dan satu tas tangan, sementara teman-teman bawanya koper. Duduk di ruangan
sidang yang sempit membuat kurang nyaman. Sebenarnya ruangannya cukup besar,
tapi karena peserta sangat banyak sehingga jarak tempat duduk sangat rapat dan
sulit bergerak. Ditambah kondisi kurang tidur selama beberapa malam
berturut-turut. Lengkap sudah alasan yang menjadikan saya baru bisa bebas
berekspresi begitu sidang-sidang usai. Hehehe. *mungkin pula karena otaknya
memang otak jalan-jalan sih*
Tapi selalu menyenangkan bertemu dengan rekan-rekan FLP sedunia,
dari 30 provinsi dan juga 2 cabang luar negeri yaitu Hong Kong dan Saudi Arabia.
Berkumpul dan berbincang dengan penulis-penulis senior dan junior FLP tentu
adalah momen-momen berharga yang tak akan hilang dari kenangan terbaik dalam
hidup.
Garis hidup FLP ke depan juga ditentukan di sini. Ketua umum
terpilih yang baru, yaitu Mbak Sinta Yudisia (mantan ketua FLP Wilayah Jawa
Timur, berdomisili di Surabaya) diharapkan mampu membawa FLP semakin sukses dan
cemerlang.
Saya pribadi berharap, FLP tak hanya besar secara organisasi, tapi
juga semakin mantap dalam prestasi kepenulisan per personal. Ada di antara kita
yang lebih berjiwa organisatoris dan bekerja keras membangun organisasi, namun
belum terlalu kuat dalam hal prestasi menulis. Ada juga yang sebaliknya, kaya prestasi
menulis, tapi sisi keorganisasian belum maksimal. Memang dua tipe ini bisa
diposisikan saling melengkapi, tapi percayalah bahwa ada masa di mana kita
dibutuhkan mampu di kedua sisi. Mampu berorganisasi, paham hal-hal prosedural,
cerdas dalam konsep, aplikasi, dan pengembangan program; dan juga matang dalam
kepenulisan. Dan tak kalah penting lainnya adalah sisi keislaman. Kematangan di
sisi inilah yang akan membuat kita istiqomah dan terarah dalam berorganisasi
dan menuliskan kebaikan. FLP ini ingin selalu mencerahkan, bukan mengaburkan. Bukan
pula menjauhkan. Kata-kata adalah mutiara. Mutiara terbaik tidak dihasilkan
secara instan. Ia butuh proses lama, pembelajaran yang mulia.
Ketika kita menemukan bahwa pena kita telah menuliskan hal yang
tak mulia, itu adalah saat di mana kita harus sadar bahwa ternyata kita bukan
mutiara.
Semoga FLP ini seperti matahari pagi, yang menyinari tapi tidak
teramat menyilaukan.
Semoga FLP ini seperti pepohonan, yang menaungi kita dan
menyejukkan.
Semoga FLP ini seperti air, yang mengalirkan inspirasi dan
kekuatan setelah hilang dahaga.
Semoga FLP ini benar-benar rumah kita. Rumah
para penulis yang setia dalam dakwah. Bukan tempat singgah.
---------
#catatantidakfokus :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar