Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Sabtu, 14 September 2013

Berkunjung ke Puri Agung Karangasem

Sebelum berangkat ke Bali, saya sudah berencana untuk tidak sekadar mengunjungi tempat yang sudah sangat popular bagi wisatawan pada umumnya. Bali, saya tahu, selain memiliki pesona alam yang demikian wah, juga memiliki sejarah kerajaan yang panjang. Ada puluhan kerajaan besar dan kecil yang pernah berdiri di Pulau Dewata ini.

Saya bertekad bahwa kali ini mesti bertandang ke setidaknya salah satu saja dari bekas istana atau puri peninggalan kerajaan di Bali. Wisata istana, begitu pikir saya. Karena kebetulan pula saya paling suka mengunjungi istana atau rumah adat jika kebetulan sedang traveling ke suatu daerah yang khas adat dan sejarah kerajaannya.

Dari semua nama kerajaan yang pernah ada dan istana peninggalan yang masih berdiri, saya pun mulai browsing satu per satu fotonya. Dari apa yang saya temukan, terlihat bahwa sebagian besar istana kerajaan-kerajaan Bali yang masih berdiri ini bentuknya nyaris seragam, yaitu berupa pura-pura dan gapura candi bentar yang memang khas Bali pada umumnya. Sebagian istana dan puri ini telah dialihfungsikan sebagai tempat ibadah, museum, atau tempat penginapan.

Namun, ada satu yang beda. Puri Agung Karangasem. Terletak di Amlapura, ibukota Kabupaten Karangasem, sekitar 78 kilometer jaraknya dari Denpasar. Puri peninggalan Kerajaan Karangasem ini masih berdiri dan terawat baik. Arsitektur bangunannya adalah campuran dari tiga kebudayaan, yaitu Bali, Eropa, dan China. Gapura penyambut yang berdiri di muka puri tentu bergaya Bali, lengkap dengan patung-patungnya. Pun pahatan-pahatan yang bisa kita amati pada dinding-dinding bangunannya. Beberapa gedung utama terlihat nuansa Eropanya, yaitu berupa beranda yang luas. Sementara ornamen-ornamen pada bangunan tertentu kentara gaya Chinanya.

Jam 7.30 pagi, saya dan teman-teman bertolak dari kawasan Kuta tempat kami menginap. Menuju Denpasarnya saja hampir tiga puluh menit. Perjalanan menuju Amlapura yang terletak di ujung timur pulau Bali ini memakan waktu cukup lama. Kami sempat mampir sebentar di sebuah pantai sebelum pelabuhan Padang Bai, dan juga singgah di rumah makan sederhana milik keluarga muslim di dekat Masjid Baiturrahman Amlapura, sebelum akhirnya tiba di puri yang kami cari jam 11 siang.


Ini dia gapura depannya. Teman-teman berpose anggun di gapura antik berbahan bata oranye ini :) 



Gapura kedua yang menyambut kami. Nuansa Bali begitu terasa.



Mendapat sambutan pula dari seekor burung yang unik ini. Tapi sayang kami tak tahu jenis burung apa. Ia berkeliaran di antara gapura kedua dan sarang burung merpati.


Puri Agung ini didirikan oleh Raja Karangasem pertama, Anak Agung Gede Jelantik pada tahun 1919. Di areal puri yang luas ini terdapat beberapa bangunan besar, baik yang berbentuk panggung maupun yang berdiri langsung di atas tanah; tempat kediaman keluarga raja, kamar-kamar bagi tamu undangan puri, bale kambang alias gili yang terletak di tengah kolam luas; kebun, beberapa gapura dalam, dan patung-patung singa di titik-titik tertentu.


Bangunan ini adalah tempat tinggal raja. Di bangunan ini terdapat kamar sang raja, lukisan-lukisan, serta perpustakaan pribadi raja, lengkap dengan koleksi buku-buku dan seperangkat meja kursi putih khas Eropa. Semuanya masih terawat dengan baik.


Sebuah jembatan putih bergaya China menjadi penghubung untuk mencapai bale kambang, sebuah bangunan yang berada tinggi di atas kolam. Seperangkat alat musik gamelan Bali ini tersaji di sini dan kami sempat 'bermain musik' dan menciptakan alunan yang walaupun sebenarnya tanpa aturan tapi cukup menyenangkan di telinga kami ^_^.





Usai berbincang dengan salah seorang menantu cucu raja terakhir Karangasem, kami berjalan terus ke belakang. Tangga-tangga turun naik di sini sangat banyak dan bercabang-cabang. Kami menelusuri tangga mencari tempat terbaik untuk melihat semuanya. Dan tibalah kami di balkon terluas dan tertinggi. Dari sini kami bisa menikmati view gunung-gunung, persawahan dan rumah-rumah warga yang terletak di lereng bukit, serta laut lepas di sisi yang lain.





Dan ini, sang gagah, Gunung Agung (gunung tertinggi di Pulau Bali, 3.142 mdpl) tampak menjulang di sebelah barat balkon. Sedikit tertutupi awan, namun tak mengurangi pesonanya. 


Panas di siang hari itu amat menyengat. Tapi perjalanan kami belum usai. Ada situs keren lainnya yang masih merupakan warisan Karangasem ini, namun letaknya beberapa kilometer dari puri. Karena mengejar waktu, kami harus bergegas meninggalkan puri. Masih menjelajah Amlapura, kota yang tampak cukup tenang dan menawan di mata kami, meski panas sekali :).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar