Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Rabu, 13 Januari 2016

Catatan Perjalanan Menjelajahi Taman Nasional Sembilang (part 2)

Ahad pagi 10 Januari 2016 lalu saya menyaksikan tayangan My Trip My Adventure di Trans TV. Kebetulan perjalanan kru MTMA kali itu adalah ke Pulau Bintan di Kepulauan Riau. Hostnya adalah Nadine Candrawinata dan Denny Sumargo. Mereka berperahu menyusuri Sungai Segong yang pemandangan kiri kanannya adalah hutan mangrove. Sesekali sang guide menjelaskan tentang jenis-jenis mangrove yang mereka lihat sepanjang perjalanan tersebut. Nadine juga mengatakan bahwa di sekitar sungai itu merupakan habitat buaya. Perjalanan sempat berhenti sejenak dengan menyinggahi nelayan yang mereka temui. Bincang-bincang dengan sang nelayan pun terjadi, sambil kemudian sang nelayan menunjukkan hasil tangkapannya yaitu kepiting-kepiting bakau.

Hmm…. perjalanan Nadine dan Densu ini betul-betul mengingatkan saya akan penjelajahan yang pernah saya lakukan sebulan lalu ke Taman Nasional Sembilang. Taman alami seluas dua ratusan hektar itu terdiri dari kawasan daratan, hutan, dan perairan. Perairannya meliputi sungai-sungai besar dan kecil (ada sekitar 70 anak sungai) sedangkan perairannya meliputi laut dan selat (Selat Bangka). Hutannya didominasi hutan bakau dengan 17 spesies mangrove sejati dan 6 spesies mangrove ikutan. Dan kawasan daratannya meliputi daratan lumpur, pulau, pantai, dan beberapa semenanjung. Kawasan yang dilindungi ini saking luasnya dibagi-bagi lagi menjadi 4 wilayah. Wilayah awal dimulai dari Sungsang dan wilayah akhir berbatasan dengan provinsi Jambi, bertemu dengan Taman Nasional Berbak yang juga banyak didominasi kawasan hutan rawa.














TN Sembilang sangat kaya akan flora dan fauna. Jika ingin berpuas menikmati semua sajian alamnya di empat pembagian wilayah, tampaknya kita butuh waktu seminggu. Kami hanya sempat mengunjungi hanya sampai 2 wilayah. Menjelajahi sungai-sungai besar hingga kecil dengan pemandangan hutan mangrove yang menawan dengan akar-akarnya yang berada di atas air seolah mencakar-cakar permukaan air. Aktivitas lainnya adalah mencari buaya, lumba-lumba sungai, biawak, harimau Sumatra, lutung, ular, dan lain-lain. Serta menikmati ‘pertemuan’ yang indah dan tak terlupakan bersama ratusan burung-burung elang, camar laut, dan bangau yang menemani kami berenang di perairan antara sungai dan selat Bangka, sehingga airnya terasa begitu asin. Kami juga menyinggahi nelayan-nelayan ikan dan kepiting bakau. Ngomong-ngomong, kata guide kami, kepiting bakau itu masih berada dalam perdebatan soal halal haramnya. Yaa… karena hewan pencapit ini hidup di dua alam, yaitu darat dan air. Kalau soal rasa ya sebenarnya konon nggak kalah saing dengan kepiting laut.


Dan, Sembilang bukanlah satu-satunya taman nasional yang dimiliki oleh provinsi saya Sumatera Selatan ini. TN Sembilang terletak di kabupaten Banyuasin. Berbatasan dengan Jambi dan juga Bangka. Sedangkan di sebelah barat Sumsel, yaitu Kabupaten Musi Rawas, ada juga Taman Nasional Kerinci Seblat. Walaupun bagian di Musi Rawas hanya sekian persen dari seluruh wilayah TNKS, sebab TNKS yang luasnya melebihi satu juta hektar itu meliputi kawasan di empat provinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Saya mesti sangat berbangga kondisi ini, karena sesungguhnya Sumsel amat kaya dan kita wajib melestarikan serta mempromosikan keunggulan ini.


Sampai di sini dulu kisah singkat ini. Bagian ketiga yang akan menjadi bagian terakhir dari kisah penjelajahan di TN Sembilang adalah tentang Dusun/Desa Sembilang. Tentang hal yang pastinya seru, mengejutkan, sampai menegangkan dan mengerikan bakal ada di sana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar