Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Selasa, 05 Januari 2016

Catatan Perjalanan Menjelajah Taman Nasional Sembilang

Saya kira tubuh saya akan terasa sakit atau penat bukan kepalang selepas bangun tidur, setelah sebelumnya naik speedboat selama sekira tiga jam--perjalanan yang mengempas-empas perut  secara luar biasa demi menerjang perairan bergelombang. Tapi ternyata tidak. Alhamdulillah... Kala fajar, ketika mata terbuka, memang tulang-tulang belakang punggung dan pinggang terasa sakit. Tapi, bermenit kemudian, ketika telah kembali beraktivitas dalam kegiatan ekspedisi kali ini, rasa sakit itu tak menyisa sedikit pun. Tubuh saya terasa sangat fit.

Begitulah. Jika ingin melakukan petualangan Taman Nasional Sembilang, kita memang harus melalui perjalanan tiga jam dari dermaga Simpang PU Tanjung Siapi-Api, setelah sebelumnya melewati perjalanan darat dari pusat kota Palembang ke dermaga Simpang PU selama satu hingga dua jam.

Beginilah pemandangan desa Sembilang, permukiman di atas air yang kami singgahi setiba di lokasi TN. Kami menginap di kantor STPN Wilayah II TN Sembilang, sebuah bangunan yang cukup nyaman dan di sepanjang berandanya dapat digunakan untuk tempat memancing ikan dengan ketinggian sekitar lima meter.






Sore hari pertama, spot yang kami kunjungi adalah anak sungai di belakang perkampungan Sembilang, untuk melihat hutan mangrove tepian sungai dari dekat. Beginilah penampakannya:



Unik sekali, bukan? Sepanjang mata memandang, mangrove dan mangrove-lah yang kita lihat di sini.
Usai menyusuri anak sungai tersebut, kami menyeberang menuju persimpangan-demi-persimpangan anak sungai lainnya (maklum, di TN ini konon ada lebih dari 70 anak sungai). Kali ini tujuan kami adalah menemui nelayan-nelayan kepiting dan ikan kerapu yang telah berbulan-bulan mencari buruan mereka di sini. Selain itu, ceritanya kali ini kami melakukan hunting buaya dan lumba-lumba tanpa sirip. Buayanya berhabitat di sungai yang dangkal dan berair hitam, sedangkan lumba-lumbanya berhabitat di sungai yang dalam dan jernih.












Ada beberapa spot lagi yang harusnya kami kunjungi, yaitu teluk, semenanjung, dan pantai. Akan tetapi dikarenakan hujan yang acap mengguyur wilayah ini, kami pun terpaksa harus menelan kekecewaan karena agenda kami banyak yang terganggu. Pada akhirnya, di hari kedua kami hanya sempat pergi menyaksikan atraksi ratusan burung-burung migran asal Australia dan Siberia yang hinggap di dataran tepi rawa untuk mencari makan, kemudian terbang beramai-ramai membentuk formasi, lalu hinggap lagi. Begitu seterusnya. Keren sekali.

Sebelum bertolak kembali ke Palembang, dari spot atraksi burung migran kami singgah dulu ke Sungai Barong Kecil untuk melihat pusat penyemaian mangrove. Dulu di sini ada mangrove trail, yaitu semacam jembatan kayu yang sangat panjang yang dapat digunakan untuk mengamati mangrove. Tapi sayang sekali, kondisi mangrove trail tersebut sangat memprihatinkan sehingga tak dapat difungsikan lagi. Namun, sangat banyak informasi terkait jenis-jenis mangrove, sifat, dan penyemaiannya yang berhasil kami peroleh dari petugas di pusat penyemaian itu.


(Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar