Social Icons

Pages

Azzura Dayana

Azzura Dayana

Rabu, 10 Juni 2015

Menjelajah Hutan Belakang Sekolah

(Menemukan Pohon yang Tumbuh Melintang, Kupu-kupu Hitam tanpa Corak, dan Bunga Ungu)

Usai mengerjakan ulangan harian, di suatu pagi jelang siang, saya mengajak murid empat murid saya menjelajah hutan kecil yang berada tak jauh dari saung tempat kami bernaung. Dandi, Fathan, dan Widad adalah murid laki-laki saya yang duduk di kelas 1 SM (Sekolah Menengah) Sekolah Alam Palembang (SaPa). Ditambah satu anak kelas 2 SM, Althof namanya. Baru beberapa bulan sekolah kami pindah ke area ini, dan pembangunannya memang belum menyeluruh. Beberapa teman disertai murid sudah beberapa kali menjelajah agak ke dalam hutan kecil itu untuk melihat-lihat. Saya pun jadi tertarik melakukan yang sama.

Maka dimulailah penjelajahan sederhana kami berlima. Anak-anak yang tangkas itu berjalan mendahului saya, secara mereka sudah memahami jalan dan tempat yang kami tuju. Menerobos semak, melintasi jalan becek dan melangkahi akar-akar serta ranting dan dahan jatuh. Di ujung penjelajahan, kami tiba di tujuan, yakni di dekat sebuah pohon unik yang tidak tumbuh ke atas, tapi tumbuh melintang ke samping kiri. Saya kira tadi sebenarnya telah terjadi sesuatu pada pohon ini, misalnya pohon ini roboh tetapi terus tumbuh walaupun tubuhnya telah terkulai. Tapi ternyata tidak. Pohon ini benar-benar tumbuh melintang seperti tanpa ada sebab yang saya kira itu. Tak ada satu sisinya pun yang terkulai di tanah. Dan karena tumbuhnya melintang, batangnya yang panjang dengan mudah dapat dinaiki anak-anak untuk kemudian mereka bisa duduk berjajar di atasnya. Keren sekali! J



Sambil menikmati keceriaan anak-anak bujang saya itu naik turun pohon dengan beragam ulah mereka, saya mengamati sekitar dan mencoba menemukan hal-hal lain. Beberapa kupu-kupu modar-mandir di udara. Yang menarik perhatian saya, di antara yang beterbangan itu ada sepasang kupu-kupu hitam. Warna hitam untuk kupu-kupu memang bukan hal baru, tapi seingat saya, jarang warna hitamnya sepolos itu. Hitam saja, tanpa corak warna lain. Sayang, saya tidak berhasil memotret sepasang fauna itu. Pertama karena mereka begitu tinggi dan lincah. Kedua, kamera hp saya terbatas kehebatannya. Hehe.

Usai bereksplorasi seadanya, kami pun berniat kembali ke sekolah, melewati rute yang sama seperti ketika pergi tadi. Keempat anak saya yang cerdas ini memang piawai dalam hal keisengan. Mereka iseng menakuti saya dengan cepat-cepat meninggalkan saya.

“Ayo kita tinggalin Bu Yana, yuk. Yuk cepet yuk,” kata mereka sambil tertawa-tawa dan bersicepat mengambil langkah-langkah meninggalkan hutan. Saya yang sesekali masih ingin memotret tentu saja jadinya tertinggal di belakang.

Tiba di suatu lintasan becek yang dibentangkan kayu di atasnya untuk memudahkan orang yang lewat, ide mereka tentu adalah mengambil kayu pelewatan itu setelah mereka melewatinya.
“Hei, jangan diambil kayunya,” seru saya. “Gimana Ibu bisa lewat dong?”

Tapi keempat bujang cilik itu tetap terus berlari mendahului. Sungguh tega anak-anak ini menyusahkan ibunya, hehe….

Alhamdulillah si Fathan yang paling belakang di antara keempat anak itu rupanya masih menengok ke saya. “Bisa nggak, Bu?” tanyanya kesatria.

Dan untungnya tanah becek atau berlumpur itu tidak begitu banyak sehingga masih bisa saya lompati. Hampir keluar dari area hutan, mata saya masih sempat-sempatnya menangkap satu spesies bunga yang tunasnya tumbuh di ujung ranting sebuah pohon. Tingginya tak sampai dua meter. Yang saya temukan itu adalah dua bunga berwarna pink keunguan dan agak berimpitan letaknya. Di beberapa bagian lain, saya temukan lagi bunga-bunga seperti itu. Hanya saja sudah agak layu dan letaknya lebih tinggi. Hmm…. ini keunikan ketiga yang saya dapatkan. 


Demikianlah eksplorasi sederhana kami yang cukup mengesankan siang itu. Ya, kalau mau dan mampu mengamati, sebenarnya kita akan menemukan banyak hal menarik di sekitar kita. Tunggu apa lagi? Yuk, bereksplorasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar