Setengah tujuh pagi, sekelompok
backpacker duduk
ngampar di lantai stasiun kereta api Jakarta Kota. Ada yang beralas koran, ada yang cuek tidak beralaskan apa pun. Sekelompok ransel besar juga berkumpul tak jauh dari punggung mereka. Di sinilah meeting point kami sebelum menaiki kereta api ekonomi yang akan membawa kami ke Rangkasbitung, Banten.
Sekitar tiga jam kemudian, kami sudah berada di Rangkas setelah puas melewatkan perjalanan bersama ratusan rakyat jelata lainnya berikut sayur mayur, buah-buahan, hingga ternak seperti ayam dan itik yang ikut masuk bersama tuannya. Inilah kereta paling ekonomi yang pernah ada di Indonesia :)
Perjalanan dilanjutkan dengan mencarter sebuah elf menuju desa Ciboleger. Tiba di Ciboleger dua jam kemudian pula. Dari desa inilah perjalanan panjang dengan melangkahkah kaki selama paling cepat tujuh jam menuju permukiman suku Baduy akan dimulai. Mulai dari desa-desa Baduy Luar, hingga tiba di desa Baduy Dalam. Naik turun tujuh bukit, di pegunungan Kendeng yang berketinggian mulai 500 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut ini. Siap-siap gempor.
*(Foto2 ini adalah beberapa koleksi pribadi saya dan beberapa milik rekan-rekan saya seperjalanan)
|
Selamat datang di kawasan Baduy |
|
Beberapa pria Baduy yang kami jumpai di Ciboleger. Beberapa di antara mereka menjadi guide bagi visitor. |
|
Pemandangan desa Baduy Luar, trek basah, licin, dan menanjak |
|
Rumah-rumah beratap rumbia, suku Baduy Luar |
|
Hamparan cengkeh yang dijemur warga suku Baduy Luar |
|
Jembatan bambu dan sungai berair cokelat |
|
Jembatan bambu nan sempit |
|
together with our guide |
|
Gadis-gadis Baduy geulis |
|
Kain tenun Baduy |
|
Gadis kecil dan adiknya |
|
Jembatan akar |
|
Segelas kopi Baduy yang maknyuusss :) |
|
Kotornya sandal dan sepatu dalam perjalanan turun. Kali ini tidak hujan :) |
|
Saatnya pulaaang ke Jakarta. Berpose dulu sama elf. |