(a review) the naked traveler 2 | for everyone |
Category: | Books |
Genre: | Travel |
Author: | Trinity |
Kalau saya ditanya, apa bagian paling mengesankan dari buku The Naked Traveler 2, maka saya akan menjawab, “banyak!”. Yang paling saya sukai dari si traveler—tak lain penulisnya sendiri—adalah KEBERANIANNYA. Ya, jika bukan seseorang yang penuh dengan keberanian dan bahkan kenekatan, maka traveling—ataubackpacking—bisa jadi biasa-biasa saja.
(Saya, mungkin, masih pada tahap itu; biasa-biasa saja. Kecuali, sebagian besar traveling saya memang saya lakukan sendirian. Tapi, saya belum punya banyak pengalaman ke luar negeri. Dan saya tidak yakin bahwa saya juga bisa senekat dia, hehe.)
Di buku ini, sebagian besar setting pengalamannya adalah memang di luar negeri. Mulai dari Filipina, Vietnam, Hong Kong, negara-negara Eropa, Turki, Dubai (Uni Emirates Arab), New Zealand, benua Amerika, hingga Palau—sebuah negara kecil yang belum kesohor namanya. Tapi lumayan seimbang menurut saya, ketika si penulis juga meyakinkan kita bahwa potensi wisata nusantara sebenarnya tidak kalah saing dengan semua negara-negara itu—bahkan mungkin kekayaan alam kita terlalu melimpah, namun pengelolaan akses wisatanya saja yang masih sangat terbengkalai. (Memang benar!)
Tidak ada alasan untuk tidak jalan-jalan, begitu bunyi salah satu sub-babnya. Maka atas dasar itu, si penulis menyarankan bahwa siapapun bisa memulai aktivitas travelingnya. Dengan menjelajahi sekujur Indonesia saja sebenarnya sudah akan sangat memuaskan jiwa seorang traveler, sebab, apa sih yang tidak dipunyai oleh negara kita ini?
Saya menyukai gaya bertutur si penulis; benar-benar segar, blak-blakan, unik, dan enerjik. Pengalaman-pengalaman seru dan nekatnya memang menjadi poin unggul dari buku ini, segala bentuk aktivitas berbahaya ia jabanin; mulai dari arung jeram, kayaking, bungy jumping (dari ketinggian 233 meter!), sampai diving untuk menemui Hiu dan bahkanWhalesharks!
Meskipun, yaaa… ada hal-hal yang secara pribadi tidak saya sukai dari hal-hal yang ia ceritakan, seperti pengalaman ber-naked dan almost naked-nya di beberapa tempat, disko dan bar yang selalu jadi tempat mainnya, sampai aktivitas nyimeng yang ia lakukan bersama teman-temannya.
Mungkin ini menjadi daya tarik bagi beberapa pihak, tapi menurut saya, inilah kelemahannya, yang tidak perlu dibagikan ke orang-orang.
Sebenarnya saya mau ngasih 3 bintang untuk buku ini, tapi karena dikurangi dengan poin terakhir itu, akhirnya jadi 2,5 bintang saja. Ini penilaian personal, ya. :)
***
~Review sangat sederhana--mohon maaf, Azzura Dayana, 9 Februari 2010
(Saya, mungkin, masih pada tahap itu; biasa-biasa saja. Kecuali, sebagian besar traveling saya memang saya lakukan sendirian. Tapi, saya belum punya banyak pengalaman ke luar negeri. Dan saya tidak yakin bahwa saya juga bisa senekat dia, hehe.)
Di buku ini, sebagian besar setting pengalamannya adalah memang di luar negeri. Mulai dari Filipina, Vietnam, Hong Kong, negara-negara Eropa, Turki, Dubai (Uni Emirates Arab), New Zealand, benua Amerika, hingga Palau—sebuah negara kecil yang belum kesohor namanya. Tapi lumayan seimbang menurut saya, ketika si penulis juga meyakinkan kita bahwa potensi wisata nusantara sebenarnya tidak kalah saing dengan semua negara-negara itu—bahkan mungkin kekayaan alam kita terlalu melimpah, namun pengelolaan akses wisatanya saja yang masih sangat terbengkalai. (Memang benar!)
Tidak ada alasan untuk tidak jalan-jalan, begitu bunyi salah satu sub-babnya. Maka atas dasar itu, si penulis menyarankan bahwa siapapun bisa memulai aktivitas travelingnya. Dengan menjelajahi sekujur Indonesia saja sebenarnya sudah akan sangat memuaskan jiwa seorang traveler, sebab, apa sih yang tidak dipunyai oleh negara kita ini?
Saya menyukai gaya bertutur si penulis; benar-benar segar, blak-blakan, unik, dan enerjik. Pengalaman-pengalaman seru dan nekatnya memang menjadi poin unggul dari buku ini, segala bentuk aktivitas berbahaya ia jabanin; mulai dari arung jeram, kayaking, bungy jumping (dari ketinggian 233 meter!), sampai diving untuk menemui Hiu dan bahkanWhalesharks!
Meskipun, yaaa… ada hal-hal yang secara pribadi tidak saya sukai dari hal-hal yang ia ceritakan, seperti pengalaman ber-naked dan almost naked-nya di beberapa tempat, disko dan bar yang selalu jadi tempat mainnya, sampai aktivitas nyimeng yang ia lakukan bersama teman-temannya.
Mungkin ini menjadi daya tarik bagi beberapa pihak, tapi menurut saya, inilah kelemahannya, yang tidak perlu dibagikan ke orang-orang.
Sebenarnya saya mau ngasih 3 bintang untuk buku ini, tapi karena dikurangi dengan poin terakhir itu, akhirnya jadi 2,5 bintang saja. Ini penilaian personal, ya. :)
***
~Review sangat sederhana--mohon maaf, Azzura Dayana, 9 Februari 2010
lelakirindu wrote on Feb 9, '10
wah.. daku belum baca yang ini, Nda..
baru seri pertamanya aja.. lagi-lagi ini hanya bisa membuatku terbakar cemburu.. huuh.. :p btw, ni buku harganya brp, Nda? |
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
lelakirindu said
wah.. daku belum baca yang ini, Nda..baru seri pertamanya aja.. lagi-lagi ini hanya bisa membuatku terbakar cemburu.. huuh.. :p btw, ni buku harganya brp, Nda?
ooh, kan bisa cari pinjaman ke teman yang beli ^_^
harganya Rp58.000 |
bundarayya wrote on Feb 9, '10
idem mbak, risih juga, knp ya bagian yg 'buruk2' itu juga dibagikan?
|
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
bundarayya said
idem mbak, risih juga, knp ya bagian yg 'buruk2' itu juga dibagikan?
iya, saya sampe "nahan mual" untuk bagian2 cerita yang nggak penting itu. hehehe
tapi ada yg bilang, mungkin itulah "daya tariknya" buku ini. kalo menurut saya, daya tariknya ya keberanian & kenekatan si traveler tersebut aja, dan juga cara berceritanya yang lugas :) |
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
masfathin said
Aku malah belom pernah :P
ke bogor dulu aja ya. kapan lagi ngerepotin temen kamu di bogor yg sudah pernah ngerepotin kamu di palembang dulu itu? hahaha
*mudah2an orang yg kita maksudkan nggak ngintip omongan ini* |
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
masfathin said
Setuju banget mbak Yana...
pemerintah kita terlalu pintar untuk mengurus kekayaan negerinya sendiri. yaah, mending mereka dolan2 ke luar negeri saja ngabisin duit negara. *jutek dot com dah, hehe*
|
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
masfathin said
Iya, aku juga sebetulnya gak terlalu nyaman, tapi mengingat dia emang gak punya 'pantangan' untuk melakukan itu, hmm, bukan memaklumi sih tapi yaa setidaknya tahulah pengalamannya tentang itu.
nggak mau komentar ahh... *niru komentar Trinity terhadap satu hal yang dia cuekin di dalam buku ini*
|
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
masfathin said
Oh sebetulnya dengan senang hati merepotkan dia mbak, haha, *stt, dia mau "ngundang-ngundang"* hehehe. Tunggu aja hehehehe....
ya udah, repotin aja tuh. haha.
ngundang-ngundang? dia mo merit yak? *gak bilang2 tuh dia* |
miftamifta wrote on Feb 9, '10
mba Yana, pinjem bukunya hehehehe
^___* |
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
masfathin said
Masih dirahasiakan mbak Yana :D hehe, aku aja tahunya karena dia keceplosan xixixi.
ooh, begituuu... oke oke. :)
|
azzuradayana wrote on Feb 9, '10
miftamifta said
mba Yana, pinjem bukunya hehehehe
sayangnya kali ini, saya juga minjem ;p *sttt...*
|
azzuradayana said
ada hal-hal yang secara pribadi tidak saya sukai dari hal-hal yang ia ceritakan, seperti pengalaman ber-naked dan almost naked-nya di beberapa tempat, disko dan bar yang selalu jadi tempat mainnya, sampai aktivitas nyimeng yang ia lakukan bersama teman-temannya.
:-)
Makanya ada yg bilang, apakah backpack itu 'hanya' perjalanan duniawi atau juga sekaligus perjalanan ukhrowi, yg 'mendekatkan' kita padaNya? :-D Sungguh sebuah PR berat utk moslem backpackers :-D |
azzuradayana wrote on Feb 10, '10
nurhay said
sederhana, tpi cukup mewakili ko mb Yan ...jadi pengen beli.. Umm, apa minjem aja kali ya? :p
saya sendiri merasakan, review yg saya buat bahkan tidak bisa membuat saya sendiri puas, hehe
silakan dibeli bukunya. lumayan mencari pelajaran dari pengalaman perjalanan orang lain :) |
azzuradayana wrote on Feb 10, '10
imazahra said
Makanya ada yg bilang, apakah backpack itu 'hanya' perjalanan duniawi atau juga sekaligus perjalanan ukhrowi, yg 'mendekatkan' kita padaNya? :-DSungguh sebuah PR berat utk moslem backpackers :-D
ya, mbak betuuull....
memang harusnya, ada perbedaan yg signifikan ya dengan muslim/muslimah backpacker. ayo, kita mulai dari kita :) traveling sebagai media tafakur dan muhasabah... betapa indahnya. insya Allah... |
firstychrysant wrote on Feb 11, '10
Backpacking.... Menarik....:)
|
azzuradayana wrote on Feb 15, '10
firstychrysant said
Backpacking.... Menarik....:)
yup, memang, mbak ^_^
|